Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi |Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung |Kata Perenungan |


Pesan Master Cheng Yen

SETITIK NIAT BAIK YANG MENGUBAH NASIB

     

Apakah seseorang akan berada dalam kondisi makmur namun miskin moral, atau makmur sekaligus kaya akan kebajikan, ditentukan oleh sekilas niat dalam hati. Ada seorang nenek yang menjadi tuan tanah di pedesaan di wilayah tengah Taiwan. Semua anggota keluarganya berhasil dalam karir. Karena itu, anak-anaknya tidak lagi tinggal serumah, ada yang telah menikah dan berumah tangga. Ia sendiri tetap tinggal di rumahnya, menganggur. Akhirnya, sejak belasan tahun lalu dia mulai mencari-cari kesibukan dengan memungut sampah hingga lama-kelamaan menjadi ketagihan (terbiasa). Ia jadi sangat menggemari kegiatan ini.

Semula, sang suami yang sudah tua membantunya merapikan sampah yang dipungutnya, kemudian dijual. Namun lambat laun suaminya tidak mau lagi membantu membersihkan dan menjual sampah hasil pungutannya yang berada dalam rumah. Sementara sang nenek tetap memungut seperti biasa. Hal ini berlangsung selama belasan tahun. Tubuh nenek itu sendiri juga menjadi sangat lusuh. Akhirnya, baik di tubuhnya sendiri atau lingkungan rumahnya telah bertumpuk banyak kotoran/sampah.

Para tetangga mereka merasa tak berdaya. Sampah yang menumpuk hingga ke sekitar rumah sang nenek sangat mengganggu mereka. Kemudian para tetangganya bergabung dan mengajukan petisi. Mereka meminta dinas kebersihan untuk mengurus sampah-sampah ini dengan mengirimkan regu kebersihan. Tetapi biar bagaimanapun, nenek itu tidak mengizinkan rumahnya dibersihkan. Dia lebih senang membayar surat denda. Ketika ditanya mengapa tidak boleh dibersihkan, katanya, “Saya ingin menunggu harga jual yang lebih baik.” Meski dibujuk dengan berbagai cara, bahkan oleh anak-anaknya sendiri, tetap saja tidak ada yang mampu membuat dia mengerti dan mau menerima saran mereka.

Salah seorang anak perempuannya melihat regu kebersihan mendenda terus-menerus, dan benar-benar merasa tidak enak hati pada para tetangga. Kemudian ia menelpon kantor cabang Tzu Chi di Zhanghua, memohon insan Tzu Chi untuk datang membantu menasehati ibunya. Maka insan Tzu Chi lalu mengikuti anak perempuan ini, bersama-sama ke rumah ibunya. Awalnya tidak berjalan dengan lancar, meskipun telah memberikan banyak penjelasan dan nasehat, nenek ini tetap tidak mau menerima. Usaha pertama gagal, tetapi insan Tzu Chi tidak menyerah dan terus-menerus datang berkunjung. Lambat laun, terjalinlah hubungan baik dengan nenek ini. Pada akhirnya, insan Tzu Chi secara bertahap, dengan setengah memaksa, membantunya membersihkan dan merapikan rumah.

Dari 3-4 tahap pembersihan, secara keseluruhan ada 150-an karung besar sampah, tidak termasuk yang dapat didaur ulang. Jadi yang hanya sampah saja ada 150 karung lebih, dan telah dibantu untuk dibuang. Tempat ini sekarang malahan berubah menjadi posko pelestarian lingkungan. Sang nenek juga telah bergabung dengan Tzu Chi dan menjadi pimpinan di sana. Ia pergi mengunjungi tetangganya yang dulu sangat marah padanya. Tapi sekarang semua orang sangat mengasihinya. Ia telah mengajak 3 orang seusianya yang mendekati usia 80 tahun. Mereka menyebut diri mereka sebagai ‘Kembang Tiga Serangkai’, tiga kuntum kembang posko pelestarian.

Buddha mengatakan, setiap orang memiliki permata tak ternilai yang tidak kita sadari berada dalam diri kita. Persis seperti nenek ini, ia merasa sayang pada barang yang dikumpulkannya, yang akhirnya justru menjadi sampah setelah terkumpul banyak. Ada sebutir permata tak ternilai pada dirinya, namun tak bisa ia manfaatkan. Sama seperti kita, setiap orang memiliki hati yang baik, memiliki kebijaksanaan yang suci murni. Jika sang nenek menggunakan hati dan kebijaksanaan ini dalam upaya menghargai sumber daya alam dengan melakukan kegiatan daur ulang, hasilnya akan sangat baik. Namun selama ini ia hanya memungut dan menumpuknya.

Barang yang baik kalau hanya dikumpulkan juga akan menjadi tumpukan sampah. Demikian juga manusia, kebiasaan yang mengganggu jika tidak dihapus akan menjadi kerisauan di keluarga. Seorang ibu dengan kebiasaan seperti ini, membuat anak-anaknya tidak ingin pulang. Setiap kali pulang harus melihat kekesalan para tetangga, mengakibatkan anak-anaknya malu untuk pulang ke rumah. Inilah kisah tentang seorang ibu yang tidak mampu mengubah kebiasaannya. Akhirnya tidak hanya sampah yang berwujud yang tertumpuk di dalam rumah, sebenarnya jodoh baik yang tak berwujud juga telah pergi menjauh. Inilah batin yang diselubungi debu tebal yang telah mengubur permata yang berkilauan ini. Sungguh sangat disayangkan. Ia sebenarnya sangat berpotensi untuk melakukan banyak hal yang baik yang tidak dilakukannya.

Kita sebagai orang awam secara terus menerus dikotori oleh noda. Noda ini telah mencemari batin kita yang suci, baik, dan bijaksana. Bila selalu diselubungi debu terus-menerus, lama-kelaman batin ini akan terkubur oleh kotoran. Hal ini sungguh amat disayangkan. Karena itu latihan yang kita lakukan adalah untuk menghapus niat tidak baik. Bila niat tidak baik kita ini tidak dihapus, kebijaksanaan akan sulit tumbuh berkembang. Sebab niat tidak baik ini persis seperti sampah-sampah itu, kalau tidak dibersihkan, kita sama sekali tidak dapat melihat keindahan wajah rumahnya. Padahal rumahnya sebenarnya sangat bagus. Setiap orang sebenarnya memiliki hati yang baik di dalam dirinya, karena tertutup oleh kebiasaan, hati yang baik menjadi kebiasaan buruk.

Kita sebagai orang awam bersikukuh untuk tidak melepaskan kerisauan, akhirnya kerisauan kita menjadi berlapis-lapis, yang akan merusak hubungan baik antar sesama. Dengan tetap tidak melepaskan kegelisahan ini, meskipun ada berkah yang semestinya datang pada kita, juga tidak akan muncul. Sekalipun ada berkah, juga tidak dapat kita nikmati. Sebagai manusia, segalanya selalu tergantung dari niat dalam hati. Bila yang timbul adalah niat baik, berarti jodoh keberkahan akan berkumpul. Seperti sang nenek, setelah niat dalam hatinya dapat diubah, sekarang ia tidak lagi merisaukan orang, dan anak perempuannya yang cantik selalu mendampinginya. Sekarang kehidupannya telah berbeda. Dengan adanya jodoh keberkahan ini, para tetangga juga datang menemaninya dalam kegiatan pelestarian sebagai 3 kuntum kembang. Benar-benar hal yang tidak mudah ditemukan. Dari tumpukan sampah, kini telah menjadi posko pelestarian. Seluruh anggota keluarganya pun sangat bersuka cita. Ini adalah sebuah tali perjodohan keluarga yang telah berhasil dijalin kembali. Tali kekeluargaan yang berhasil disatukan dalam sebuah suasana keluarga yang harmonis. •

Diterjemahkan oleh Betty & Priscilla Angela
eksklusif dari Daai TV Taiwan

 

 

 

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id